Indonesia
merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara, yang mana
memiliki kekayaan Biodiversitas yang beragam luar biasa dari negara lainnya.
Kekakayaan ini membawa Indonesia salah satu tujuan wisata favorit di dunia.
Setiap Provinsi telah menjadi pilihan wisata menarik bagi wisatawan domestik
maupun asing, yaitu salah satunya adalah Bali, Yogyakarta dan kota provinsi
lainnya. Bagaimana membangun kota yang tangguh? Ya, tentu kita bangun
bersama-sama untuk menjadi Indonesia sebagai ekowisata dalam mewujudkan
lingkungan yang berkelanjutan. Dalam semangat mewujudkan lingkungan yang
berkelanjutan, lokasi-lokasi wisata tentu dapat dirancang dengan skala besar
yaitu meningkatnya kualitas lingkungan. Oleh karena itu Tempat wisata menjadi
faktor bagian infrastruktur mobilitas dan perubahan iklim di Indonesia tercinta
ini.
Adanya
infrastruktur mobilitas dan perubahan iklim yang merajalela di sekitar kita, menjadi
faktor permasalahan yang ada di lokasi-lokasi wisata yang belum memiliki peran
signifikan dalam mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan, dan justru kerap
menyumbang pencemaran lingkungan melalui sampah yang dihasilkan. Permasalahan
sampah bukan satu-satunya yang dialami oleh lokasi wisata dan berdampak pada
lingkungan. Tetapi proses pembangunan dan operasional tempat-tempat wisata juga
memiliki dampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Tahap pembangunan yang
tidak berorientasi pada konsep berkelanjutan akan mengakibatkan dampak buruk
pada lingkungan misalnya pembakaran energi fosil dan rusaknya kualitas tanah.
Oleh karena itu perlunya penerapan konsep berkelanjutan pada lokasi wisata
tentu yang mana akan memberikan dampak positif yang besar bagi kelanjutan
lingkungan.
Dari beberapa penjelasan diatas, konsep
pembangunan yang bagaimana agar diimplementasikan menjadi tercapai? Hal ini
mengacu pada pendapat ahli yang bernama Brundtland,
2006 mengatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Seperti yang disampaikan Brundtland merupakan penekanan konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi agar kebutuhan masa kini dan masa
depan sama-sama dapat terpenuhi dengan baik. Apa yang kita lakukan dalam hal
tersebut? Ya, tentu perlu adanya pendekatan-pendekatan yang strategis dalam
proses perancangan dan pembangunan tempat-tempat wisata dan bagaimana aksi kita
digunakan sehingga dapat berperan dalam mewujudkan lingkungan atau kawasan
wisata yang berkelanjutan. Mengapa
pendekatan lingkungan sangat penting? Karena jika suatu lingkungan menjadi
krisis, maka upaya mendesain dan bangunan yang dibangun dan lansekap yang digunakan
menjadi konsekuensinya. Dalam hal ini, lokasi atau tempat wisata dirancang dan
digunakan sebaik mungkin sehingga tidak berpengaruh pada lingkungan yang akan
terjadinya kerusakan pada lingkungan itu sendiri.
Dalam
mewujudkan tempat wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, perancangan
memiliki peran penting, dimana suatu bangunan dan lansekap dirancang tentunya
sangat berorientasi pada lingkungannya. Alam memiliki sistem dan mekanisme
sendiri dalam menjaga keseimbangannya. Air hujan yang turun membutuhkan aliran
yang baik agar dapat meresap ke dalam tanah dan menjaga keseimbangan air tanah.
Ini dapat menjadi pertimbangan dalam membuat lansekap, baik jalur sirkulasi,
plasa maupun taman. Desain proses konstruksi dan pemilihan material harus
berorientasi pada prinsip tadi sehingga air hujan tetap dapat meresap ke dalam
tanah. Tanah terjaga keseimbangannya dan bahaya banjir pun dapat dihindari.
Dalam hal tersebut, siapa yang utama bertanggung jawab? Ya, tentu orang-orang di bidang teknik yang sesuai dengan bidangnya. hal tersebut memiliki tanggung jawab dalam menjaga kesinambungan lingkungan
sejak proses perancangan, konstruksi, dan saat bangunan digunakan. Tanggung jawab arsitek tidak semata
menghasilkan sebuah karya arsitektur yang indah secara estetika, tetapi juga
memiliki kualitas yang baik sebagai lingkungan binaan. Disisi lain, lingkungan
binaan yang dihasilkan harus mampu meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkan pada lingkungan alam.
Dalam
aplikasi yang lebih dalam, sebagaimana yang dicetuskan oleh Mclennan, 2004 mengemukakan bahwa Desain
berkelanjutan sering digunakan sebagai payung untuk menggambarkan satu
strategi, komponen dan teknologi dalam mengurangi lingkungan sekaligus
meningkatkan kenyamanan dan kualitas secara keseluruhan. Apa saja kategorinya?
Kategori yang termaksud didalamnya tetapi tidak hanya sebatas ini, yaitu daylighthing, indoor air quality, passive
solar heating , natural ventilation, energi efficiency, embodied energy,
construction waste minimization, water conservation, commissioning, solid waste
managment, renewable energy, xeriscaping/natural landscaping, site
preservation”. Dengan mengacu pada kategori-kategori tersebut, proses
perancangan, konstruksi dan penggunaan tempat wisata dapat memiliki konstribusi
dalam mewujudkan lingkungan yang bekelanjutan. Seperti contoh yaitu atap toilet
umum dengan panel photovoltaic. Artinya sebuah toilet umum yang mana tidak
hanya mendapatkan energi listrik dengan mengubah radiasi cahaya matahari
melainkan menggunakan photovoltaic yaitu cahaya matahari juga dapat
dioptimalkan secara langsung untuk pencahayaan bangunan. Oleh karena itu dengan
mengoptimalkan penggunaan cahaya matahari sebagai sumber penerangan bangunan,
maka bangunan di tempat wisata telah mengurangi dampak lingkungan yang
diakibatkan penggunaan energi fosil.
Dari
beberapa penjelasan diatas, apakah ada contoh lainnya? Tentu salah satunya
yaitu penggunaan lampu LED pada bangunan
dan lansekap di tempat-tempat wisata, seperti contoh pada gambar dibawah ini:
Sumber : https://hiveminer.com/User/yoshi28nl/Timeline
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa itu dapat mengurangi dampak lingkungan energi lisrik serta mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan proses produksi lampu dan sampah-sampah lampu bila menggunakan lampu pijar maupun jenis lampu lain yang usianya pendek. Penggunaan teknologi hemat energi dan pemanfaatan energi terbaharukan sebagai sumber energi di tempat-tempat wisata menjadi pendekatan desain yang dapat menjaga keberlangsungan lingkungan.
di tempat Wisata |
di bawah bangunan |
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa itu dapat mengurangi dampak lingkungan energi lisrik serta mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan proses produksi lampu dan sampah-sampah lampu bila menggunakan lampu pijar maupun jenis lampu lain yang usianya pendek. Penggunaan teknologi hemat energi dan pemanfaatan energi terbaharukan sebagai sumber energi di tempat-tempat wisata menjadi pendekatan desain yang dapat menjaga keberlangsungan lingkungan.
Dalam
tahap konstruksi atau tahap pembangunan lokasi wisata, apakah pemanfaatan
materi lokal yang terdapat di lokasi dapat mengurangi ketergantuan material
impor? Tentu, menggunakan material impor akan berdampak pada lingkungan, baik
sejak tahap produksi sampai tahap mobilisasi produk-produk tersebut ke lokasi
pembangunan. Pembakaran energi fosil pada tahap konstruksi maupun pada saat
bangunan digunakan menjadi salah satu sumber pencemaran terbesar pada sebuah
kota. Mengapa hal tersebut terjadi? Karena sebagian besar polusi udara
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dalam penciptaan energi untuk
mendukung kehidupan kota. Energi ini digunakan di gedung struktur kota, selama
masa pemakaian struktur kota dan di transportasi manusia dan barang di dalam
kota (menghasilkan energi). Oleh karena itu desain kota dan bagaimana mereka
digunakan memiliki dampak yang besar pada lingkungan alam.
Penerapan
apalagi yang dapat diterapkan sehingga tempat wisata menjadi baik? Perencanaan Transportasi perkotaan. Ya, ini
merupakan hal yang sangat penting yang
mana kriteria dalam perencanaan tata ruang sebagai kawasan regional maupun
lokal di kawasan yang mudah diakses di setiap area lintasan jalan. Seperti
ketersediaan ruang parkir sangat mempengaruhi kawasan wisata jika aspek viral
dalam penggunaan mobil lebih banyak di kawasan-kawasan tertentu.
Di dalam
wilayah perkotaan banyak masalah lalu lintas yang disebabkan oleh pembangunan
yang terlalu terkonsentrasi di pusat. Terutama ketika perumahan tersebar di pinggiran-pinggiran
kota-kota, dan lapangan kerja, perkantoran serta pusat perbelanjaan diletakkan
di pusat membangkitkan tarikan perjalanan. Akibatnya akan mengakibatkan titik-titik kemacetan dan
polusi udara. Terus bagaimana kita mengatasi permasalahan tersebut? Tentu,
dengan membentuk sub pusat atau pusat sekunder didalam kota yang artinya desain
pembangunan melompat yang melampaui batas pertumbuhan kota dan kepadatan
penduduk dalam jarak dari pusat kota. Mengapa tujuan ini sangat penting? Karena
untuk mengurangi beban lalu lintas pada jalan-jalan yang menuju pusat, dan
untuk menjaga agar rumah tangga dan investor tetap berlokasi didalam batas
kota. Sub- pusat dapat dilayani angkutan umum dengan baik dan dapat pula
direncanakan di dekat stasiun angkutan umum massal. Rencana tata ruang dan
investasi pemerintah dapat menstimulasi pembangunan, dengan modernisasi
jaringan angkutan umum secara terpadu dan terintegrasi. Apa dampak aktifitas
pembangun sub-pusat dilakukan? Jelas, Dampak nya akan mengakibatkan distribusi
aktifitas yang homogen, sehingga mengurangi jarak perjalanan rata-rata dan
memitigasi bangkitan lalu lintas berlebih. Sehingga, pembangunan seperti inilah
langkah yang sangat diperlukan untuk mewujudkan dan menjaga kota yang ramping
dengan menghubungkan taman wisata kota yang hijau dan berkelanjutan.
Jadi,
kita sebagai masyarakat indonesia yang terlibat, tetaplah menjaga lingkungan di
sekitar. Apapun, kapanpun dan dimanapun kita berada upayakan untuk berdonasi
yang sebesar-besarnya untuk pembangunan kita dalam menerapkan lingkungan yang
sehat dan sejahtera tekhususnya di Indonesia tercinta. Sebab apa? Infrastruktur
mobilitas dan perubahan iklim merupakan hal terpenting yang tidak hanya semata
mengelar diskusi dan berdebat soal isu-isu yang ada, tapi bagaiamana aksi nyata
dan kepeduliaan serta pencegahan menjadi lebih penting. Indonesia pasti bisa !.
Comments
Post a Comment